Showing posts with label #review. Show all posts
Showing posts with label #review. Show all posts

Sunday, June 7, 2020

Kasane: Beauty and Fate, Beauty Privilege Does Exist

8:15 AM


Fuchi Kasane, anak dari seorang artis cantik yang melegenda. Ia mewarisi kemampuan berakting ibunya. Namun sayang, parasnya tak secantik orang tuanya. Semaca kecil, ia bahkan menjadi bulan-bulanan teman sekelasnya karena parasnya yang dianggap jelek. Sebelum ibunda Kasane meninggal, ia mewariskan sebuah lipstik kepada Kasane. Lipstik tersebut memiliki kekuatan yang misterius. Kasane dapat bertukar wajah dengan orang lain ketika ia menggunakan lipstik tersebut lalu mencium orang yang ingin ia tukar wajahnya.

Suatu saat, Kasane dipertemukan dengan seorang Tanzawa Nina. Nina adalah seorang artis amatir dengan paras yang cantik. Mereka berdua pun sepakat untuk bertukar wajah. Kasane memanfaatkan wajah cantik Nina untuk mendapatkan kesempatan berkarir di atas panggung teater. Berkat paras cantik serta bakat aktingnya yang alamiah, Kasane dapat bermain di sebuah pertunjukan teatrikal bersama sutradara dan artis-artis besar lainnya. Namun, Nina ternyata juga berencana untuk memanfaatkan kemampuan berakting Kasane. Ia ingin Kasane melambungkan namanya sebagai artis, lalu mengambil keuntungannya ketika namanya sudah besar nantinya.


Oke, sebelum lanjut, sepertinya gue harus mengucapkan terima kasih ke salah satu followers gue yang merekomendasikan film ini. Dalam kolom komentar di salah satu postingan instagram gue, dia bilang “Btw, have you seen Tao chan in Kasane? Her devilish side in Kasane also worth to watch.”

Yang mana, memang benar adanya. Bahkan, ketimbang devilish sidenya, akting keseluruhan dari seorang Tao di film ini berhasil bikin gue takjub. Tentu ketakjuban gue juga sangat pantas untuk ditunjukkan ke mbak Yoshine Kyoko yang jadi lawan main mbak Tao di film ini. Keduanya dapat porsi dan tingkat kesulitan akting yang sama besarnya. Dan mereka juga sama-sama bisa mengeksekusi dua tokoh yang sangat berbeda itu secara bergantian. Buat gue, memang di sana daya tarik dari film ini.

Kalo kita ngomongin genre pun, mungkin ini satu-satunya film bergenre pure suspense yang bisa gue sebut sebagai film bagus. Kecuali film ini, semua film atau drama bagus bergenre suspense pasti punya genre lain yang jadi main genrenya. Entah itu crime, gore, ataupun horror. (Meski sebenernya masih argueable kalo film ini dibilang pure suspense. Beberapa orang akan bilang ini film main genrenya thriller atau bahkan horror. Tapi, untuk film film Jepang gini, gue memilih untuk menjadikan asianwiki sebagai patokan.)

Sebenernya gue bisa aja ngomong panjang kali lebar untuk menggambarkan ketakjuban gue sama kualitas permainan peran dari mbak Tao dan mbak Kyoko di film ini. Specially buat mbak Tao sih yang kalo ditotal, doi meranin empat tokoh sekaligus di satu film ini. Gokil memang. Tapi rasanya, pesan yang ingin disampaikan cerita ini rasanya lebih menarik lagi kalo dibahas. Yes, di tulisan ini gue mau bahas tipis-tipis aja seputar privilege. Dan kalo mengacu ke konteks film Kasane, tentu beauty privilege yang jadi bahan gorengannya.

Oke, sampe sini mungkin gue harus mengingatkan ke kalian yang belum nonton dan penasaran sama filmnya, tulisan setelah ini mungkin akan mengandung banyak spoiler. Terserah kalian mau tetap lanjut baca atau close tab terus nonton filmnya dulu.


Gue adalah orang yang sangat percaya bahwa privilege dalam hidup itu nyata. Sekali lagi, sangat percaya. Sudah nyata, macam-macam pula bentuknya. Ada bloodline privilege, economical privilege, dan yang paling argueable, appearance privilege. Meskipun gue tetap akan bilang bullshit kalo dibilang itu argueable. Enggak coy, appearance privilege does exist. Even lo bilang kalo appearence privilege itu bullshit karena ada yang namanya oplas, well, they have economical privilege then.

Balik ke film, Kasane dengan sukses menyampaikan pesan itu melalui ceritanya. Ada perbedaan penokohan yang tipis antara seorang Kasane dengan wajahnya sendiri dengan Kasane berwajah Nina. Tipis, tapi sangant noticeable. Entah itu posisi kepala Kasane ketika berbicara dengan orang lain, gestur tangan, sampe nada bicaranya. Apakah itu karena memang pemainnya beda? 

Gue rasa bukan. Karena baik tokoh Kasane maupun Nina aja itu sebenernya jauh dari zona nyamannya mbak Tao. Gue ga tau kalo mbak Kyoko karena ini pertama kalinya nonton beliau. Agak subjektif memang, tapi artinya, si artis ga ngebawa sosok real lifenya maupun permainan zona nyamannya baik di tokoh Kasane maupun Nina. Detail dari akting atau permainan peran si artis, bisa dikalibrasi sesuai kemauan artisnya, atau dalam konteks ini, gue percaya sang sutradara lah orang di balik perbedaan penokohan tipis yang gue jelasin di atas.


Ada satu tulisan opini di huffpost yang gue inget, isinya tentang tiga benefit yang bisa lo dapet kalo lo dianggap cantik oleh konsensus. Power, Happiness, dan Freedom. Dan film Kasane mengamini ketiganya. Btw, isi artikelnya bisa lo cari di google pake keyword seperti “huffpost beauty privilege”.

Kalo bicara power, selain kepercayaan diri yang langsung ditunjukkan ketika Kasane pertama kali ngambil wajah Nina, juga ditunjukkan dengan Kasane yang bisa ikut audisi pertamanya dengan wajah Nina. Apa Kasane bisa ikut audisinya kalo dia pake wajahnya sendiri? Gue rasa jawaban kita akan serupa. Jangankan ikut audisinya, baru sampe lobby gedung mungkin doi udah diusir. Kekuatan wajah cantik juga berkali-kali disampaikan secara verbal oleh karakter-karakter di dalam filmnya. Berkali-kali, berulang-ulang, sampai gue rasa, semua yang menonton film ini bisa langsung sadar pesan yang ingin disampaikan cerita ini.

Selanjutnya ada happiness atau kebahagiaan. Apakah wajah cantik Nina bisa membawa kebahagiaan bagi Kasane? Tanpa bicara bahagia dengan ketenaran itu relatif pun rasanya kebahagiaan Kasane tetap terekam jelas. Kasane yang dihujat bahkan diusir oleh adik ibunya, jelas terlihat bahagia ketika dimanja oleh ibunda dari Tanzawa Nina. Tentu saja, dengan wajah Nina.

Lalu ada freedom. Ini mungkin agak tricky dan pesannya yang paling tipis. Tapi gue rasa, kebebasan berbicara di media yang Kasane dapat dengan memakai wajah Nina, cukup menggambarkan sebuah kebebasan. Bahkan, kebebasan juga ia dapat untuk hal-hal di luar karirnya. Contohnya, jatuh cinta. Rasanya tergambarkan sudah kebebasan untuk jatuh cinta dalam wajah Nina. Bahkan kepada seorang sutradara muda berbakat yang sukses sekalipun.


Ada satu hal yang gue suka dari ending film ini. Saking kencengnya pesan tentang beauty privilege yang ingin disampaikan, sampe sampe antitesis dari konsep beauty privilege serasa ditendang jauh-jauh di penghujung film. Padahal, bisa saja cerita diakhiri dengan Nina menyayat pipinya sendiri dan membuktikan bahwa ia bisa hidup bahagia dengan wajah yang menyeramkan. Tapi hal tersebut tidak terjadi. Ketimbang menulis cerita seperti itu, penulis cerita ini memilih untuk tetap membiarkan Kasane menggunakan wajah cantik Nina untuk menuntaskan permainan teatrikalnya. Ditambah pesan verbal yang disampaikan benar-benar menggambarkan bahwa kepemilikan atas paras cantik benar-benar bisa memuaskan si empunya paras tersebut.

Oiya, meskipun di awal gue bilang kalo gue sangat percaya kalo privilege itu nyata, tapi gue juga setuju kalau dibilang bahwa privilege yang didapat akan punya tanggung jawabnya masing-masing. Kalo kata uncle Ben, “with great power comes great resposibility”. Atau kalo dikaitkan ke film Kasane, kita bisa liat gimana Kasane yang dibentak beberapa kali selama latihannya. Atau Kasane yang entah kenapa marah ketika ia sadar bahwa ia mengikuti jejak ibundanya. Semua itu gambaran dari tekanan yang ia dapatkan sebagai ganjaran atas wajah cantik dan lesatan karirnya.

Selain privilege dan tanggung jawab pun, kita bisa liat di film ini kalo kecantikan pada akhirnya mendatangkan keserakahan. Hasrat untuk memiliki atau menguasai privilege itu sendiri yang ditunjukkan di paruh akhir film. Gambaran itu diperkuat dengan lagu “Black Bird” yang jadi lagu penutup film yang dibawakan mbak Aimer. Lagu yang liriknya bercerita akan keinginan untuk dicintai. Yang secara tidak langsung, apabila mengambil konteks cerita filmnya seakan-akan mengamini bahwa dengan paras cantik, kita dapat menggiring rasa cinta dari orang lain kepada diri kita sendiri.

Mungkin di akhir post ini, akan ada pembaca yang bilang kalo tulisan ini sangat arguable karena basis gue beropini adalah opini juga. Tapi teman-teman bisa kok nemuin riset-riset yang komprehensif soal privilege ini kalau memang niat. Entah itu yang isinya data-data kuantitatif seperti rilis risetnya Creative Common License soal perbandingan tingkat kecantikan yang berbanding lurus dengan besaran gaji atau dengan kemungkinan peserta interview ditelepon balik oleh HRD perusahaan. Kalo mau yang kualitatif pun tetap ada. Sebut saja pemaparan Lucia Klencakova di risetnya yang ngejelasin bagaimana penampilan adalah segalanya buat kaum hawa. Risetnya yang dikasih judul Does Appearance Matter dengan gamblang nyeritain kalo paras cantik itu seringkali jadi kunci utama kesuksesan.

Sayangnya, gue sama sekali tidak tertarik (setidaknya untuk saat ini) untuk ngebahas hasil riset seputar privilege ini dalam bentuk tulisan. Tulisan ini pun gue buat dengan tujuan murni untuk ngupas film Kasane secara mendalam. Atau setidaknya, lebih dalam dari kupasan-kupasan yang biasa gue tulis di instagram. Gue pun tetap mempertahankan gaya penulisan gue yang “ngepop”. Toh, ini memang blog pribadi gue. Gak beda fungsinya dari media sosial. Cuma ga dibatesin maksimal karakter tulisannya aja.

Yaudah lah ya, segitu aja. Blog ini tetep akan jarang diisi. Mungkin setahun atau dua tahun lagi baru gue publish tulisan yang lain disini. Tapi ga menutup kemungkinan juga sebulan atau seminggu kedepan akan ada tulisan baru disini. Tergantung mood aja intinya. Dah, makasih udah mau baca, ciao, bye-bye.

Saturday, November 26, 2016

Light Up The New World, Sequel from the Sequel | Review Death Note 2016

10:20 PM
Holaaaa,,,,, udah lama banget gak update di blog ini gue. Entah abad kapan terakhir kali gue nulis disini. Rasanya waktu itu belum ada orang yang ngehina pemimpin yang majuin daerahnya sendiri.


Mungkin kalo lu liat update gue di sosmed gue tanggal 25 kemarin, lu bakal tau kalo gue baru aja nonton drama yang amat sangat gue tunggu-tunggu dari awal tahun ini. Yup, Death Note 2016 is already out broo!!!

Sebelum gue melanjutkan tulisan ini, gue mau mengingatkan buat kalian yang belum nonton filmnya, bahwa postingan ini akan dipenuhi oleh AMAT SANGAT BANYAK SEKALI SPOILER didalamnya. So, mending jangan lanjutin baca daripada kalian kehilangan momen kejut ketika menonton nanti.

Cukup banyak yang ingin gue kupas dari film ini. Cukup timpang kalo gue liat dari segi baik dan buruknya. Makanya gue akan coba bahas dari dua sisi yang berlawanan kali ini. Bakal ada kelebihan dan kekurangan dari Film DeathNote Live Action Movie 2016 di postingan ini.

Sebagai pendahuluan aja, sebelum nonton filmnya, jujur gue gak terlalu concern sama detail filmnya. Bahkan gue lupa kapan jadwal tayang filmnya. Gue cuman tau kalo film ini bakal diperanin sama Masahiro Higashide dan Masaki Suda. Udah gitu gue cuman nonton trailernya sekali dan sama sekali gak tertarik buat menggali lebih banyak lagi detail dari trailer itu. Tapi hasilnya? Worth it, gue bener bener dapet efek kejut yang sangat luar biasa pas nonton film ini kemarin.

Langsung aja kali yaa, gue mulai pembahasannya, Check this out!!



BADSIDE OF THE MOVIE

Kenapa gue langsung mulai ke sisi buruknya dulu, well pada dasarnya suka suka gue sih mau bahas yang bagus atau yang jeleknya duluan. Cuman karena emang ada beberapa hal yang mengganggu banget buat gue pas nonton film DeathNote 2016 ini kemaren, jadi rasanya gatel pengen buru-buru gue tulis.

StoryLine

Storyline atau bisa disebut alur cerita. Ini bener bener bisa jadi nilai minus buat film ini, tapi ternyata bisa sedikit diselamatkan oleh cast cast didalamnya. Permasalahan di alur ini gue rasa pure bener bener di durasi film itu sendiri. Banyak pertanyaan yang menggantung di otak gue seputar jalan cerita di film ini. Seperti Kira (Yagami Light) yang ternyata memiliki anak yang diasuh oleh Mikami yang menjadi kuasa hukum dari Amane Misa, dimana anak itu selama ini? Apa hubungannya dengan tragedi 6 DeathNote di film terbaru ini? Lalu soal Tsukuru Mishima atau yang belakangan diketahui memiliki nama asli "Ryo Nakamura" yang ternyata adalah Kira terbaru sesungguhnya. Tujuannya menjadi Kira dan akhirnya melepas kepemilikan death note pun masih mengambang belum jelas.

Overall, gue sangat mengapresiasi alur dimana film ini nampak benar benar mengadopsi cerita 10 tahun pasca tragedi pertempuran dingin antara Kenichi Matsuyama sebagai L dengan Tatsuya Fujiwara sebagai Kira.

TEMA


Awalnya, gue sangat antusias ketika melihat dari tagline film ini yang berbunyi "Light Up The New World" yang kurang lebih berarti "Mencerahkan Dunia Baru". Gue pikir film sekuel ini akan menceritakan takdir lain para pemegang death note (karena dari trailernya gue tau akan ada 6 death note) dan cara mereka menggunakan buku itu secara berbeda-beda. Tapi nyatanya yang gue dapat adalah cerita dimana tiga orang yang terobsesi untuk mengumpulkan keenam death note yang tersebar di bumi dengan tujuan yang berbeda beda. Ada yang berpikir kalau Kira atau Light Yagami masih hidup. Ada yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap kasus Death Note karena sebelumnya pengasuhnya pernah menangani kasus yang sama. Ada yang ternyata lupa ingatan dan entah kenapa obsesinya mengumpulkan Death Note hingga saat ini gue masih belum mendapat kejelasan.
Intinya gue mau bilang bahwa tema yang dibawakan tidak terasa selaras dengan cerita dari film itu sendiri. 

Mungkin dari kalian ada yang punya penafsiran lain? bisa ditulis di kolom komentar dibawah.

GOODSIDE OF THE MOVIE

Dari dua sisi buruk, nampaknya sisi lain sukses membawa film ini menjadi laris di negara-negara tempat ia ditayangkan. Setidaknya faktor-faktor inilah yang membawa orang banyak untuk menonton film ini.....

Cast

Seperti yang gue bilang di awal, bahwa sebelum menonton film ini, gue hanya tau bahwa film ini akan dimainkan oleh seorang Masahiro Higashide yang terkenal lewat Drama Crows Explode, seri terakhir dari Trilogi Crows Zero, lalu juga ia tampil sebagai murid misterius di drama Parasyte atau Kiseijuu Live Action. Selain Higashide, juga ada Masaki Suda yang baru gue kenal melalui Assasination Classroom Live Action Movie dimana ia memerankan tokoh Karma.


Dari 2 cast diatas aja udah bikin gue sangat antusias ketika memasuki ruang bioskop. Tapi ternyata gue dikagetkan dengan seorang Sota Aoyama yang kembali memerankan tokoh yang diperankannya 10 tahun yang lalu, yaitu seorang Tota Matsuda, yang tadinya agen yang menjadi bulan bulanan L kini menjadi tokoh yang harus ditumbalkan demi kesuksesan sebuah drama.

Dan lagi gue dibuat merinding ketika melihat sosok yang gue kagumi versi 2006, sosok yang kala itu masih menjadi seorang gadis kini sudah menjelma menjadi sesosok wanita dewasa yang tentunya masih saja cantik mempesona. Sosok Erika Toda yang kembali memerankan Amane Misa di film ini tentunya amat membuat gue merinding melihatnya.

Dari 2 lagi cast yang gue sebutkan, membuat latar belakang kisah dimana tragedi ini merupakan 10 tahun yang lalu setelah L melawan Kira ini terasa sangat nyata. Dimana Matsuda yang menua dan Misa yang terlihat lebih dewasa dengan diperankan oleh orang yang sama. Oh man, gue merinding.....

Terus adalagi Sosuke Ikematsu yang memerankan seorang Ryuzaki. Awalnya, gue pikir orang yang akan mengambil peran detektif di film ini adalah Near, bocah didikan F yang akhirnya diselamatkan oleh L didalam Film terakhir dari Trilogi Death Note, yaitu L Change The World. Tapi entah kemana perginya bocah itu, kini yang ada adalah sosok Ryuzaki, Nama yang sama dengan yang dipakai oleh L ketika menemui agen agen polisi 10 tahun yang lalu. Tapi meski begitu, sosok Ryuzaki di film ini benar-benar memenuhi ekspektasi gue dimana gue ingin melihat seorang yang aneh tapi juga memiliki pembawaan yang tegas.


Some Random Scene

Beberapa scene di film ini bisa membuat gue merinding hebat. Contohnya ketika Misa mendapat rekaman suara Light, lalu ketika Misa memutuskan untuk membantu Shien mencapai tujuannya dan akhirnya Misa bunuh diri mengakhiri ingatan-ingatannya tentang Death Note. F*ck, Misa, u ruin ma brain on diss movie.....

Scene dimana Mishima dan Ryuzaki diselamatkan oleh sesosok Ama ketika hendak ditembak oleh Nanase yang menyimpan dendam dengan Kira baru yang membunuh saudaranya. Ini mengingatkan gue akan sosok Rem yang juga membunuh Watari demi menyelamatkan nyawa Misa.

Selain scene scene haru, gue juga suka scene dimana sosok shien ditampilkan. Sosok yang nampak arogan, percaya diri, tapi memiliki pembawaan yang tenang ini tak jauh beda dari sosok Karma yang Suda perankan sebelumnya. Lalu ada sosok ryuk yang entah kenapa terlihat menua padahal ia bukanlah seorang manusia.



Pokoknya kalo ada yang nanya apa yang bikin spesial dari sekuel ini, tentunya kemunculan erika toda dan sota aoyama yang bener bener meranin tokoh masing masing versi 10 tahun dari tokoh sebelumnya.

Hmm, udah dulu kali ya, mungkin kalo ada yang juga ngefans berat sama serial Death Note, kita bisa kopdar nih? Heheheheheee....

Akhir kata, sampai jumpa di postingan gue selanjutnya, CIAAAOOOOO!!!!

Wednesday, July 27, 2016

My Most SG's Favourite Performance | #Review RTG15 Part 1

1:39 PM
Setelah sebulan lebih gue teracuni oleh suara suara cadas dari member member fudanjuku, akhirnya gue balik lagi ke nontonin dedek dedek dari Sakura Gakuin. Apalagi kalo bukan Road To The Graduation 2015 yang bisa bikin nangis ketawa nontonnya. Buat yang belum tau Sakura Gakuin itu apa dan siapa, bisa search dulu di google :)

Oke, plis gausah nanya gue dapet RTG 2015 dari mana, yang jelas cukup tau aja kalo gue belum mampu beli DVD apalagi BluRaynya dari ASmart. Oiya, postingan ini hampir semua isinya spoiler semua. Jadi buat yang belum nonton, mending kalian close tab, nonton dulu, terus baru balik lagi buat baca post ini.

Gue nulis ini sambil nonton konsernya jadi gatau bakal sepanjang apa artikelnya. So, let's review this awesome sakura gakuin yearly graduation concert.

SPOILER ALERT!!!

=============================================

1. Opening + Mezase! SuperLady

Honestly, setiap kali gue dengar denting bel khas sakura gakuin diikuti derap kaki Mori-Sensei, dari situ aja udah bisa gue merinding. Seperti biasa, konser RTG tahun ini dibuka dengan single tahunan Mezase! SuperLady. Yang paling gue suka dari lagu ini, meskipun sejak 2014 setiap tahunnya selalu diremake singlenya dan sejak 2013 selalu dibawakan di RTG, gue gapernah sekalipun bosan sama lagu ini.

Why?

Mori-Sensei udah ngejawabnya lewat intro talk dari single ini. Doi selalu bilang "kore ga kotoshi no sakura gakuin". Dan emang bener, dari satu single ini aja kita udah tau dan ngerasa kalo SG setiap tahunnya bakal punya aura dan kesan yang berbeda dari tahun tahun yang lainnya. OMG, i love this song so much. Lagu yang membawa keluar sifat dan karakter dari masing masing member. Dan baris paling favorit dari lagu ini (yang dibawakan di RTG 2015) adalaaaaaaaaahhhhh..........

"Song for Smiling, It's a dream" dari Marin daaaaannn,

"Gara Garaaaaaaaa, BAKYUUUUUNNNN!!!" dari Soyoka.

Oiya, gue sempet takut pas bagian Maa-nyan main kendama. Gimana ya kalo pas itu dia gagal? Hehehehe

2. Makeruna! Seishun Hizakozou

Ga banyak yang bisa gue ocehin dari lagu ini. Lagunya enak, tapi menurut gue ga ada yang spesial dari sini. But, it's quite a good song although.

Oiya, ini kali kedua mereka bawain ini di RTG setelah tahun 2014 silam mereka bawain di RTG 2013.

3. First MC Session

Oke, tolong benarkan kalo gue salah, tapi kalo gue ga salah ingat, ini pertama kalinya mereka jikoshoukai di MC session konser RTG Final. Bener gak sih?

Terus gatau kenapa, di sesi ini gue ngerasa mereka "scripted banget". Kalo di MC session yang lain, meski emang scripted tapi tetep improv talking mereka bikin ga terlihat scripted. 

Mungkin banyaknya murid baru di nendo 2015 ini mempengaruhi dua poin diatas. idk. Comment ur thought please.

4. Hello ! IVY

No comment about this one. One of my fav songs and one of the best sakura gakuin songs all time.

5. Mathematics

OH MY GOD
This is my most favourite performance on this RTG. Even being compared with all of their performance from the past RTG, TIF, or the other past live performance video, this Mathematics song performance on The Road To Graduation 2015 still my best and my favourite!

The music, the lightning, the dance, the stage effects, and the other little things in this performance, i love them all!!
Well, i don't know if the people who see their live also think the same thing, but i think the light explosion effect (after the music intro) on the video is the best thing from this performance beside the "matrix" effect when the music intro.

okay, sorry for the bad english, i just too excited. But if u didn't got what i just said before, POKOKNYA PAS LAGU MATEMATIKA, MEREKA KEREN GILAAAAKKK!!!

6. Kirameki no Kakera

Oke, setiap tahunnya, ada banyak orang yang mulai tertarik dengan Sakura Gakuin dan menjadi seorang fukei. Dan untuk tahun ini, gue rasa lagu Kirameki no Kakera yang paling menarik minat para fukei baru di tahun 2016. Dari lirik, musik, dan bahkan video clipnya pun membuat banyak orang teracuni oleh lagu ini.

Tapi setelah nonton RTG 2015, gue sadar kalo gak cuman 3 hal tadi yang bikin lagu ini spesial. Koreografinya pun spesial buat gue. Dan gue rasa juga racun buat anak anak dance cover di Indonesia yang suka sama Sakura Gakuin. Mudah-mudahan bakal ada Dance Cover di Indo yang bakal cover lagu ini. #KodeKelewatKeras

7. Science Girl Silence Boy

Finally, logica is back!
Setelah nelangsa selama setahun di nendo 2014, dimana gak ada lagi sub-unit yang memakai kacamata setelah Logica retire di nendo 2013, akhirnya Kagaku Kyumei Kiko Logica kembali. Kali ini mereka menambahkan "Ver 1.2" di namanya. 
Bahkan di akhir penampilan mereka memperkenalkan diri masing masing dengan "Logica-Style" lengkap dengan nama "Kagaku Kyumei Kiko Logica Ver 1.2" dan bait "Enter, Shutdown" yang secara pribadi, menurut gue itu keren abis. 

I love all about science-fiction-like things.

By the way, kalo kalian memperhatikan, hiasan di rambut mereka cukup menarik juga. Rinon memakai jepit rambut berpola bintang, lalu jepit rambut Sara berpola segitiga seperti logo Logica, dan Megu yang memakai konde (entah itu konde atau sumpit) yang sangat menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Dan yang lebih membuat hiasan rambut mereka lebih menarik lagi adalah, jepit rambut mereka itu bersinar! Entah memang ada sesuatu didalamnya yang membuat mereka bersinar (seperti lightstick misalnya), atau memang di jepit rambut mereka ada mekanisme yang bisa membuat efek glow in the dark (karena kita tahu bahwa setiap performance logica, stagenya selalu di set less light).

8. Suimin Busoku

Setelah di TIF 2015 mereka memperkenalkan diri sebagai "Nidaime Kitakubu", kali ini Ooga, Kurosawa, dan Maaya memperkenalkan diri sebagai "Sakura Gakuin no Kitakubu".

Dari situ kita bisa melihat bahwa selama setahun, kepercayaan diri mereka telah berkembang dan berani membawa nama "Sakura Gakuin no Kitakubu" dimana secara personalitas, trio sleepiece ini sangat berbeda dibanding trio sleepiece sebelumnya.

Sama seperti logica, sleepiece juga menghilang selama setahun dan akhirnya dimunculkan lagi di nendo ini. Jika melihat dari warna dan sleeping act Maaya, terlihat seperti ia menggantikan posisi Nene-don. Tapi jelas kepribadian maupun acting mereka sangatlah berbeda. Malahan gue berpikir kalau Maaya seperti menggantikan Marippe jika melihat gestur gerakan dan overall actnya di Sleepiece.

Inilah kenapa di awal gue bilang kalau setiap tahunnya Sakura Gakuin selalu terasa berbeda. Personalitas masing masing member tetap terbawa di atas panggung, jadi meskipun mereka menggantikan senior yang telah lulus di sub-unit yang sama, kesannya tetaplah berbeda. 

I was felt so lucky to know this kind of group ^_^


To Be Continued to......................PART 2

Saturday, June 4, 2016

#review | Sundul Gan, Fuckin' Inspiring Movie

12:36 AM
Last year, i got Merry Riana which succeed inspired me and change my point of view. Dari gue yang pendiem, gabisa ngomong didepan banyak orang, perlahan gue berubah sejak nonton film itu. Mulai banyak omong, mulai berani ngomong didepan banyak orang meski masih macet macet kayak perempatan lampu merah cibitung.

And this year, we have Sundul Gan that maybe could inspiring almost all of people who watch it. Namanya emang gak sekeren Merry Riana atau film film lainnya yang diambil dari kisah nyata seorang yang udah sukses. Mungkin selain film ini, cuman film filmnya Raditya Dika yang punya judul konyol.

Tapi dari judul yang unik tersebut, siapa sangka isinya akan benar benar menjadi inspirasi bagi sekian banyak Future Startup Founder. Dinamika kehidupan dari seorang Andrew Darwis sang founder The Biggest Startup in Indonesia beserta segala macam problematika yang dihadapinya selama membangun sebuah nama: KASKUS ini menceritakan banyak hal.

Awalnya gue juga agak males buat nonton film ini. Tapi setelah baca sinopsis lengkap dan trailernya, gue tau kalo film ini bakal ubah mindset gue, bakal ngebuka mata gue, dan film ini bakal ngasih tau, apa yang harus gue lakuin kedepannya.

Akhirnya gue bela belain buat nonton sendiri, dan bener aja, ditempat gue tinggal, film film kayak gini pasarnya bisa dibilang jelek. Gue nonton film ini dan isi ruangan teater itu cuman 8 orang sama gue. Dikit banget. Tapi justru dari dikitnya penonton, gue jadi lebih khusyu dan fokus nontonnya, pesan dan kesan yang dikasih film ini bener bener nampol gue.

Persahabatan, kesalahpahaman, bahkan sampai penipuan yang seringkali dijumpai para pebisnis online. Semua lengkap diceritakan di film ini.

[WARNING!! This Article Contains So Many Fuckin' Spoiler!! Just Close This Page If U Want To Watch The Movie By Yourself Soon!]


Sebelumnya gue berterima kasih dan memberikan applause sebanyak yang gue bisa buat seorang Naya Andinita karna udah memperlihatkan lika liku seorang mimin dari bawah sampe KASKUS jadi sebesar ini secara bulat utuh tanpa kurang atau lebih sedikit pun. I feel the fuckin' pressure that he got. The happiness and the sadness that he got, well, i know i'm an emotional person but, in this movie, all of us can feel the emotions off Andrew 'fucking' Darwis.

Thank you.... *prok prok prok*

Cerita dimulai dari sebuah pendirian forum BB17+ yang yeeaah, mungkin hampir semua kaskuser gak ada yang gak tau. U know, KASKUS yang besar seperti yang kalian tau sekarang ini, awalnya merupakan forum underground dimana banyak beredar konten konten porno atau bahasa kasarnya BOKEP.

Dari sebuah apartemen kecil di Seattle, Andrew membangun KASKUS seperti mengasuh seorang bayi. Awalnya ia memiliki beberapa teman di bulan bulan awal hingga akhirnya perlahan temannya menghilang karna kesibukannya masing masing.

Lalu muncul seorang Ken yang secara total berjanji untuk mensupport kejeniusan Andrew dalam membangun KASKUS. Ken berusaha mencari investor untuk mengembangkan KASKUS secara proffesional di Indonesia.

Ditengah tengah proses membangun KASKUS ini, banyak sekali problem yang muncul. Dari mulai Ken yang harus kesulitan dalam membagi antara menemani Andrew membangun KASKUS dengan mengurusi acara pernikahannya yang semakin dekat, lalu berbagai meeting yang harus di lalui dengan para calon investor, pencarian karyawan, hingga Andrew harus berurusan dengan polisi karena UU ITE yang baru disahkan, juga tragedi peretasan KASKUS yang membuat Andrew dan Ken cukup down and collapse.

Jujur, buat gue sendiri film ini means so much karna hampir semua masalah masalah yang dilaluin Andrew disini, setidaknya gue pernah merasakannya sendiri. Thumbs up buat Andrew dan Ken yang sampe sekarang masih setia dengan KASKUS. Berkat perjalanan panjang yang mereka lalui, setidaknya dari yang gue liat di film ini, gue tau kalo banyak orang yang berkesempatan untuk sukses dengan Startupnya sendiri, tapi gak semua orang itu bisa dan mau mengambil resiko didalam kesempatan itu.

Kalo gak dibujuk Ken, mungkin Andrew juga gak akan bisa, gak akan mau ngambil resiko itu, dan KASKUS gak akan dikenal kayak sekarang.

So, seenggaknya, itulah film Sundul Gan dari sudut pandang gue. Gue gak muluk muluk buat review film dari segi shoot, castin, acting, view, dan lain lain. Tapi meski begitu, gue juga suka banget sama Casting film ini dimana Albert Halim yang berperan sebagai Andrew dan Ken yang diperankan oleh Dion Wiyoko ini bener bener fit sama karakter mereka yang asli.

See? they're so close each other (i think). Denger denger, Dion Wiyoko sampe rela naikin berat badan buat "sedikit" menyamakan posturnya dengan Ken di masa lalu.

Dan pada akhirnya, kemauan jauh lebih penting dibanding kemampuan. 
Gausah muluk muluk buat bikin startup kalo niat lo masih setengah setengah. Jangankan buat proffesional startup, buat basic website aja kadang pasti ada rasa sepi yang buat malas ngembangin project. Padahal kita tau, padahal gue tau kalo project ini punya potensi yang gede. Tapi balik lagi.............
.
.
.
SENDIRI ITU MENYAKITKAN

FakhriTaka

Fakhri Taka adalah seorang mahasiswa yang hobi main kartu remi, ngopi, dan nonton serial teletubbies. Sekarang lagi sibuk sibuknya nyari cara agar bisa tidur sebelum tengah malam sambil meneliti obat tidur mana yang cocok buat ditenggak.




Recent

recentposts

Random

randomposts