Tuesday, November 29, 2016

Berani Untuk Didengar | Resensi JURU BICARA - Pandji Pragiwaksono

*note* JADI INI SEBENERNYA BUAT TUGAS KULIAH GUE, DARIPADA MUBAZIR CUMAN BUAT MASUK KE NILAI TUGAS, MENDING MASUKIN KE BLOG GUE JUGA KAN 

Judul Buku: JURU BICARA

Penulis: Pandji Pragiwaksono

Penyunting: Eka Saputra & Nurjannah Intan

Penerbit: PT Bentang Pustaka

Cetakan: Pertama, 2016

Jumlah Halaman: x + 182 halaman

=========================================================

ULASAN SINGKAT
Sesuai dengan judul bukunya, didalam JURU BICARA Pandji sang penulis buku ini mengajak kita untuk bersama-sama meluaskan sudut pandang kita agar dapat memberanikan diri untuk mengeluarkan berbagai aspirasi yang ada yang ada di pikiran kita secara bebas dan terbuka, namun tetap dapat kita pertanggungjawabkan keabsahan dan orisinalitasnya.

Karena pada zaman dimana media sosial kini telah menjadi salah satu media yang paling banyak digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan isi pikiran kita kepada orang orang yang tak terjangkau oleh kita untuk bertemu tatap muka, pada kenyataannya masih banyak orang yang takut untuk berpendapat karena merasa apa yang akan dia sampaikan berbeda dengan keyakinan yang ada di masyarakat. Takut bahwa suaranya akan tak didengar atau bahkan tenggelam oleh riuhnya pembicaraan lain yang dianggap lebih penting.

Dari buku ini pula kita dapat belajar bahwa dengan menulis, kita bisa membuat orang lain membaca; dan selama ada yang membaca, maka ada yang belajar; dan selama ada yang belajar, maka masih ada harapan akan kemajuan di indonesia. Apa yang mungkin kita anggap tidak penting untuk disampaikan, bisa jadi merupakan sesuatu yang amat penting bagi orang lain yang ingin mendengarkan.

Melalui buku ini, kita dianggap untuk meningkatkan martabat bangsa dengan meningkatkan martabat pribadi. Keberanian untuk mengkritisi sesuatu menjadi kunci bagi kita sebagai makhluk sosial untuk dapat memahami, menerima, dan belajar untuk berani berbicara demi martabat bangsa Indonesia.

=========================================================

KEUNGGULAN
Sebagai seseorang yang berkutat di dunia komersialisasi aspirasi melalui komedi, secara pribadi saya sangat menyukai setiap diksi yang digunakan oleh penulis dalam merangkai kata dan bahasa agar dapat dengan mudah dicerna setiap intisari kalimatnya oleh berbagai kalangan pembaca. Nilai-nilai positif juga pesan yang ingin disampaikan melalui tulisannya, dapat berlaku bagi setiap target market pembacanya.

=========================================================

KELEMAHAN
Karena Pandji menulis buku ini sesuai dengan apa yang dia alami selama kehidupannya, mungkin akan ada beberapa pemahaman dan interpretasi yang berbeda-beda karena tidak semua manusia memiliki sudut pandang yang sama ketika berusaha untuk memahami sesuatu. Selain itu banyak juga informasi informasi tanggung yang pada akhirnya akan merujuk kepada karya-karyanya yang lain sehingga membuat orang-orang yang belum mengkonsumsi karya-karyanya yang terdahulu merasa mendapatkan informasi yang baru setengah jalan.

=========================================================

KESIMPULAN DAN BEBERAPA POINT YANG PENTING
Saya secara pribadi sangat menyukai dimana penulis melihat bahwa tingkat intelektualitas seseorang akan terlihat dari cara ia menyikapi suatu perbedaan atau perselisihan pendapat. Terhitung 4 kali ia menuliskan kalimat bahwa “orang minder mudah tersinggung” yang mana memiliki arti lain bahwa ketika kita telah memahami akan sebab dari perbedaan yang terjadi, maka kita akan dapat menerima perbedaan tersebut tanpa harus ada perselisihan sebelumnya. 

Namun, tak ada yang sempurna, ada satu bab yang saya rasa kurang pantas untuk dikonsumsi atau bahkan dipublikasi karena dilihat dari judulnya saja sudah mengandung kata-kata yang tak pantas untuk diucapkan secara norma dan etika berbahasa. Tepatnya pada bab ke-26 di halaman ke-131.

Tapi secara keseluruhan, buku ini dapat membuka pemikiran kita yang mungkin masih kurang luas untuk mengkritisi segala aspek kehidupan entah itu aspek sosiologis, historis, maupun komersialisasi publik yang bisa dikatakan seluruhnya berguna sebagai dasar kita untuk bersosialisasi yang bertanggungjawab.

Pandji mengajarkan kita lewat bukunya sebuah arti dari kebebasan yang bertanggungjawab terutama dalam hal berkomunikasi.

=========================================================

KUTIPAN FAVORIT
Ada beberapa baris kalimat yang saya suka dari buku ini, dan diantaranya adalah sebagai berikut:

“Karena surga dunia adalah ketika kita bisa hidup dari karya kita, dari apa yang kita cintai” (Halaman 34)



“Love finds its entrance from one’s passion. One way to attract the opposite sex is to see you glow while you are passionately working on your passion.” (Halaman 163)

“Semua orang bebas ngomong apa pun, selama siap bertanggung jawab atas omongannya.” (Halaman 56)

“Usaha mempersatukan bangsa TIDAK ADA GARIS AKHIRNYA. Tidak ada ujungnya. TIADA HENTI. Selama negara itu berdiri, perjuangannya harus terus terjadi.” (Halaman 21)

“I know who I am. I am not what they say. A stupid person does not achivie the things I have achieved.” (Halaman 107)


“Kalau Anda sedang berproses, kemudian ada yang mengkritik karya Anda, maafkan dia. Hidup yang instan membuatnya gagal untuk memahami nilai sebuah proses.” (Halaman 124)

No comments:

Post a Comment

FakhriTaka

Fakhri Taka adalah seorang mahasiswa yang hobi main kartu remi, ngopi, dan nonton serial teletubbies. Sekarang lagi sibuk sibuknya nyari cara agar bisa tidur sebelum tengah malam sambil meneliti obat tidur mana yang cocok buat ditenggak.




Recent

recentposts

Random

randomposts